Sabtu, 25 Februari 2012

Teori : Alien, Tuhan Kita

Zecharia Sitchin dan Erich von Daniken adalah orang-orang pertama yang mungkin dikategorikan sebagai orang sinting, karena mareka menguak tabir besar tentang asal muasal manusia, makhluk yang berbeda cukup drastis dengan hewan, apalagi tumbuhan. Keduanya memberikan penjelasan tentang missing link baik dalam proses evolusi (jenis I) maupun proses penciptaan (jenis II).
Alien atau makhluk asing dari angkasa luar telah melakukan rekayasa genetis (genetic manipulation) di masa yang sangat lampau, sehingga terciptalah manusia. Entah dengan cara manual seperti melalui hubungan seks atau dengan teknologi canggih, DNA alien laki-laki telah bercampur dengan DNA manusia kera (Neanderthal) perempuan. Sehingga saat ini pun banyak ilmuwan yang masih bertanya-tanya mengapa terdapat satu bagian khusus yang terdapat dalam DNA manusia, namun tidak terdapat dalam DNA primata (kera, monyet, orang utan, simpanse, dan lain-lain). Padahal, kita diajarkan bahwa tidak ada garis putus antara manusia kera dan kita.
Dalam bukunya, The 12th Planet, Sitchin menjelaskan bahwa 300.000 tahun yang lalu, Adam direkayasa secara genetis dengan menambahkan gen Annunaki kepada manusia kera (hominid). Kemudian, berdasarkan Alkitab, memang terjadi perkawinan campur: “Ada masa ketika para raksasa berjalan di bumi” yang mengambil anak perempuan Adam sebagai istri-istri mereka. Dari hasil perkawinan itu, muncullah sejumlah pahlawan setengah dewa di dalam mitologi dan folklore Sumeria serta Babylonia, seperti Raja Gilgamesh.
Kita pun sebenarnya mengenal siapakah para alien, tapi selalu ditutupi oleh tabir yang membuat kita tidak kenal dengan mereka. Kita sebenarnya menyebut alien selama ini sebagai Tuhan (God), Ilah/Ilahi (Divinity/Divine), atau dewa-dewi (Gods and Goddesses), karena memang mereka-lah yang menciptakan manusia (homo sapiens) melalui rekayasa genetis dari manusia kera primitif. Mereka-lah para astronot kuno (ancient astronauts) seperti yang telah diungkapkan oleh Sitchin, dengan “kereta perang” (chariots) yang adalah pesawat antariksa mereka, seperti yang telah dikuak oleh Von Daniken. Mereka-lah Tuhan kita, sang pencipta.
Pohon pengetahuan yang misterius yang dimakan oleh Adam dan Hawa merupakan simbol bahwa itulah saat gen manusia kera primitif direkayasa dengan gen sang pencipta, yaitu para alien. Dengan demikian, manusia tercipta dengan “gambar diri” para pencipta, seperti halnya dalam ayat di kitab Kejadian yang telah dikutip sebelumnya: “Let us make man in our image, after our likeness” (Marilah kita menciptakan manusia dengan citra diri kita sendiri, dengan sifat seperti kita). Dengan begitu, manusia sengaja dibikin melalui rekayasa genetis, dengan citraan dan sifat yang sama dengan si penciptanya, misalnya sejentik kecerdasan (intelegensia) yang ditanam dalam otak kita. Tidak hanya itu, orang yang aware dengan asal muasal dirinya sebenarnya sudah dapat mencium sesuatu yang aneh dari subjek plural yang digunakan di kalimat tersebut, yaitu “us” (kami). Hal itu berarti, terdapat suatu bangsa makhluk dari luar bumi dengan kecerdasan yang luar biasa, yang turut andil dalam sejarah lahirnya nenek moyang kita.
Peradaban manusia yang pertama kali muncul adalah Sumeria pada tahun 5.000 sebelum masehi (SM), suatu wilayah subur yang berada di antara sungai Eufrat dan sungai Tigris, di suatu tempat yang sekarang disebut Irak. Tidak ada yang tahu mengenai asal-usul peradaban Sumeria, namun di dalam kitab suci Yahudi dan Kristen, dikisahkan bahwa Bapak agama Samawi, yaitu Abraham (Ibrahim) berasal dari kota Ur, ibukota bangsa Sumeria. Sejarah Sumeria memang cukup gelap, artinya kita tidak tahu apa yang terjadi sebelum Sumeria ada. Hal yang pasti adalah bahwa bangsa Sumeria mempunyai peradaban yang sangat tinggi, dengan matematika dan astronomi yang mulai ditemukan saat itu, yang ditulis dengan aksara paku (cuneiform).
Fakta adanya bangsa Sumeria yang seolah-olah muncul begitu saja dari ruang hampa, serta memiliki ilmu yang tinggi membuat kita bertanya-tanya. Apa yang terjadi dengan si manusia kera tadi, sehingga dia bisa mengalami suatu lompatan evolusi yang sangat drastis? Zecharia Sitchin telah menguak sejarah yang gelap dengan menunjukkan bahwa bangsa alien telah turun di wilayah dekat sungai Eufrat, di mulut teluk Persia, karena di area itu terdapat konsentrasi yang cukup tinggi dari unsur mineral emas monatomis (monatomic gold).
Mengapa mereka mencari emas monatomis? Sebab di planet mereka sendiri, yaitu Nibiru, telah terjadi kepunahan emas monatomis akibat efek rumah kaca. Mereka terpaksa menjelajah alam semesta untuk mencari unsur yang sangat berharga itu. Apa sebenarnya fungsi emas monatomis? Kita perlu mengetahui bahwa mereka, para alien, sebagai nenek moyang kita, merupakan makhluk yang sangat cerdas dan memiliki spiritualitas yang tinggi. Emas monatomis dapat memperbaiki dan meningkatkan semua fungsi tubuh, sehingga memperpanjang usia bahkan menghentikan penuaan atas tubuh. Dalam kisah Alkitab, ada orang bernama Methuselah yang memanfaatkan emas monatomis itu dan dapat hidup hingga 950 tahun. Tidak heran, hingga detik ini, manusia masih menganggap emas sebagai logam paling mulia dan berharga, kendati platinum dan titanium merupakan mineral yang lebih kuat. Sebab, kita memiliki gen alien, mereka yang mencari emas hingga ke ujung alam semesta.
Emas monatomis merupakan metal super-konduktif. Artinya, jika ada rangkaian emas monatomis dialiri listrik, energi yang dialirkan tersebut tidak akan pernah berkurang atau antara output dan input besarnya sama-sama 100%. Jika emas monatomis diletakkan di otak kita, yang merupakan mesin elektronis yang sangat besar, kita dapat meningkatkan seluruh sistem syaraf dan indera kita. Fungsinya, kita dapat memahami dan memecahkan masalah dengan lebih baik, mengendus kejahatan, dan bahkan melakukan telepati serta penjelajahan waktu (time travel) melalui otak kita. Artinya, tidak ada keterpisahan antara tubuh dan spiritualitas kita, karena kita mampu melakukan apa saja tanpa terbatas hukum fisika, seperti halnya para alien yang dapat menjelajah alam semesta dan menembus ruang waktu.
Para alien yang datang ke bumi kita dan bertemu dengan manusia kera adalah anggota dari Kekaisaran Annunaki. Asal tahu saja, nama Annunaki (atau Annunaku) memang disebut dalam catatan cuneiform yang ditemukan dari hasil galian reruntuhan Sumeria. Umumnya, kita mengenal nama Annunaki dalam mitologi Sumeria/Akkadia. Mereka terkadang termasuk juga di dalamnya Annuna (50 Dewata Terbesar) dan Igigi (Dewata Rendahan/Minor). Rakyat Sumeria menyembah Annunaki yang memerintah manusia dan memiliki kebijaksanaan yang sangat tinggi. Annunaki, yang juga disebut dengan “da-nuna”, “da-nuna-ke-ne”, atau “da-nun-na” sendiri berarti “mereka yang berdarah biru” (those of royal blood) atau jika dibaca “anu-na-ki” atau “an-unnak-ki” berarti “mereka yang turun dari langit ke bumi”.
Dalam mitologi Sumeria, Dewan Annunaki dipimpin oleh Anu, Dewa Langit, yang juga adalah ayah kandung dari semua Annunaki. Anu kemudian mewariskan tahtanya kepada anaknya, Enlil, namun saudara laki-laki Enlil, yaitu Enki, memprotes keputusan itu karena merasa dirinya lebih berhak. Enki inilah yang dikenal sebagai dewa ahli kimia (alkemis) dan pencipta umat manusia. Annunaki terdiri dari tiga ras alien, yaitu Saurians atau Reptoids (bangsa Reptil bertubuh manusia raksasa), Agharians atau Nordics (bangsa yang mirip dengan manusia Kaukasian), dan Zeta (jenis alien Grey) yang tinggal di wilayah bintang Zeta Reticula. Apapun jalan cerita mitologinya, Annunaki adalah nenek moyang kita. Mereka menciptakan peradaban pertama dengan melakukan percampuran gen mereka yang sangat cerdas dengan gen manusia kera, sehingga terciptalah manusia biasa.
Kisah di dalam mitologi Sumeria tentang Enki menceritakan bahwa manusia diciptakan untuk mengerjakan semua pekerjaan kasar agar Annunaki bisa hidup dengan nyaman. Annunaki datang ke bumi untuk mencari emas monatomis, namun setelah mereka merasa tidak cocok untuk menambang sendiri, mereka melihat bahwa manusia kera dapat dimanfaatkan. Akhirnya, agar manusia kera dapat berpikir seperti yang dipikirkan Annunaki, direkayasalah gen mereka sehingga menjadi homo sapiens yang dapat berpikir lebih cerdas dan terampil ketimbang kera. Di dalam gambar ini tampak salah satu dari Annunaki memberikan alat bajak (plough) kepada manusia, dalam rangka memberikan pengetahuan tentang bercocok tanam. Dalam gambar itu pula, terdapat konstelasi galaksi mereka, dengan total 12 planet dan 1 planet di antaranya terletak di tengah-tengah dan bersinar cukup terang.


Annunaki Memberikan Alat Bajak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar