Gara-gara telepon seluler (ponsel), empat warga yang berasal dari satu keluarga (ayah, dua anak, dan paman), tewas dalam sumur.
Peristiwa terjadi di Dusun Fatuatis, Desa Leosama, Kecamatan Kakulukmesak, Jumat (11/1/2013) sekitar pukul 12.45 WITA. Para korban adalah Nikodemus Leto Bau (42/ayah), Adriana Ili Mau (anak, siswa SD), Adrianus Tae Mali (anak, siswa SMP), dan Theodorus Subani (paman kandung para korban).
Kejadian Aneh Ponsel Maut "Korban Tak Masuk Sekolah Tapi Terlihat Di Sekolah"
Kejadian ini bermula ketika Adriana Ili Mau ke sumur di belakang rumah, hendak menimbah air.
Saat itu Adriana membawa sebuah ponsel. Rupanya, Adriana meletakkan ponsel di bibir sumur, sehingga jatuh ke dasar sumur. Adriana mencoba masuk ke dalam sumur berkedalaman sembilan meter, namun nahas menimpanya, ia tewas di dasar sumur.
Sang ayah, Nikodemus Leto Bau, menyangka Adriana jatuh ke dalam sumur, ia pun menyusul menolongnya. Nikodemus pun masuk ke dalam sumur, dan langsung tewas.
Anak bungsu korban berusia sekitar tiga tahun yang kebetulan bermain di halaman belakang, melihat ayahnya jatuh ke sumur. Ia kemudian mengabarkan kepada mamanya yang tengah duduk bersama korban lain, Theodorus Subani (paman kandung korban) di dalam rumah.
Sementara anak sulung korban, Adrianus Tae Mali (siswa SMP) yang juga kebetulan ada di rumah, panik dan lari ke sumur untuk menyelamatkan adik dan ayahnya, namun mengalami nasib yang sama, terjun bebas ke dalam sumur hingga tewas.
Paman kandung para korban, Theodorus Subani, juga menyusul para korban masuk dalam sumur, berusaha menolong tapi tidak kuat menarik para korban ke atas, hingga akhirnya terjun bebas juga ke dalam sumur
Adrianus Ta Mali, anak sulung yang juga korban 'ditelan sumur maut' sebelum hari Jumat (11/1/2013) sempat mimpi melihat empat peti mati berwarna merah di halaman rumah mereka. Mimpi itu mengulurkan niat Adrianus untuk ke sekolah, dan ia memilih tinggal di rumah.
Tidak hanya itu, sehari sebelumnya ada tanda lain di kediaman para korban, ayam tiga ekor milik mereka pagi hari saat turun dari pohon berturut-turut terbang masuk ke dalam 'sumur maut' langsung mati.
Kejadian Aneh Ponsel Maut "Korban Tak Masuk Sekolah Tapi Terlihat Di Sekolah"
Ada kejadian aneh lain yang diceritakan guru kelas Adrianus Tae. Pada Jumat (11/1/2012), wali kelasnya mengadakan absensi di ruang kelas dan yang bersangkutan hadir.
Begitupun pihak sekolah yang menagih uang Rp 10.000 untuk dikumpulkan ke wali kelas, ungkap Rofinus, Adrianus juga kumpul. Padahal, sejak pagi hari Adrianus tidak masuk sekolah karena mimpi buruk melihat peti mati tersebut.
“Ini kan aneh, masa guru absen Adrianus ada dalam kelas, sementara hari itu dia tidak masuk kelas. Makanya para guru heran kenapa diabsensi Adrianus angkat tangan di dalam ruang kelas, sementara siang harinya dia meninggal di dalam sumur. Inilah kejadian aneh yang menimpa keluarga korban ini,” tutur Kepala Desa Leosama, Rofinus Mau Leto
Kejadian Aneh Ponsel Maut "Korban Tak Masuk Sekolah Tapi Terlihat Di Sekolah"
Kapolsek Kakulukmesak, Ipda Albino da Costa mengatakan, proses evakuasi korban dari dasar sumur menggunakan tali yang dikaitkan dengan besi yang dibuat menyerupai pancing.
Pasalnya, tim penolong dari jajaran Polres Belu tidak bisa turun ke dalam sumur karena ada gas beracun. Bukti adanya gas beracun itu diketahui ketika anggota menurunkan empat kali lampu pelita, dimana masih di pertengahan sumur, api padam. Untuk itu, diputuskan mengangkat para korban menggunakan sistem manual, di mana mencari anggota tubuh yang bisa dikaitkan barulah diangkat ke atas permukaan sumur.
Kejadian Aneh Ponsel Maut "Korban Tak Masuk Sekolah Tapi Terlihat Di Sekolah"
“Memang di dalam sumur terdapat gas beracun. Makanya ketika para korban turun menggunakan tangga yang selama ini tertempel di dinding sumur, tidak bisa sampai di dasar sumur dan langsung terjerembab karena kehabisan oksigen. Kita tentu prihatin dengan peristiwa tragis ini. Kami dari Polsek akan siaga bilamana keluarga korban membutuhkan bantuan untuk memperlancar proses,” kata Albino.
Pantauan Pos Kupang, mayat para korban tidak bisa dimasukan dalam rumah. Pasalnya, sesuai adat kebiasaan di Belu, apabila seseorang meninggal tidak wajar maka di tempatkan di luar rumah.
Para tua adat harus mengadakan upacara adat menolak bala agar kasus serupa tidak lagi menimpa keluarga yang masih hidup. Ratusan pelayat mendatangi rumah korbana memberikan dukungan moril pada sang istri korban dan anaknya yang bungsu. Ratap tangis dari para kerabat tak terbendung ketika melihat empat sosok mayat dibaringkan di luar rumah beratapkan terpal.
Diberitakan sebelumnya, gara-gara hand-phone (HP), empat warga dalam satu keluarga (ayah, dua anak dan paman kandung) di Dusun Fatuatis, Desa Leosama, Kecamatan Kakulukmesak, Jumat (11/1/2013) sekitar pukul 12.45 Wita terjun bebas dalam sumur hingga tewas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar