Senin, 15 Agustus 2011

Opus Supremus..upaya pemasukan Freemasonry ke indonesia

Opus Supremus, Upaya Penyusupan Freemasonry ke Indonesia


Katagori : Untold Story / the X files
Oleh : Redaksi 21 Oct 2005 - 4:30 am

Simak Wawancara dgn Eggi Sudjana Ketua Bidang PolKam Opus Supremus
Licio Gelli, seorang bankir Italia, sahabat tokoh bankir Italia pemilik dan pemimpin tertinggi 'Banco Ambrosiano,' Roberta Calvi, pada tahun 1963 bergabung ke dalam satu Loji Mason Konvensional (sejenis Lions Club atau Rotary Club) pimpinan Giodano Gamberini. Pada tahun-tahun berikutnya, ia mendapat mandat dari Gamberini untuk membentuk satuan tugas guna merekrut orang-orang penting di Italia, dan bahkan akhirnya juga di luar Italia hingga ke negara-negara Amerika Latin.

Maka, berdirilah sebuah organisasi bernama 'P2 Freemason’, yaitu LSM rahasia yang juga dikenal sebagai 'Raggruppamento Gelli'. Sebagaimana yang direncanakan, LSM ini bertugas mencari tokoh-tokoh nasional dan internasional untuk menjadi anggota Freemason.

Sungguh luar biasa, ketika Kardinal Albino Luciani terpilih dalam Sidang Konklave sebagai Paus –yang kemudian memilih nama kepausan Johannes Paulus I – telah terdaftar lebih dari 100 Kardinal, Uskup, dan Pastor Katholik Roma menjadi anggota 'P2Freemason.' Kenapa luar biasa?

Sejak berabad-abad sebelumnya, hukum Gereja 'Codex luris Canonici' yang berlaku di Vatikan menyatakan, bahwa "siapa pun anggota Gereja Katholik Roma yang menjadi anggota Freemason, tanpa kecuali, akan dikucilkan oleh Gereja". Dapat dibayangkan, betapa terkejut dan sedihnya Paus Johannes Paulus I membaca sebuah dokumen yang berisi 121 nama anggota 'P2 Freemason' yang sebagian besar adalah petinggi-petinggi Gereja Katholik Roma. Lalu, siapa sajakah mereka?

Mari kita cermati beberapa tokoh Vatikan yang menjadi anggota 'P2 Freemason' dalam daftar yang dibaca oleh Paus Johannes Paulus I. Pertama adalah Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Villot; lalu Menteri Luar Negeri Vatikan, Mgr.Agostini Casaroli; kemudian Wakil Uskup Agung Roma, Mgr. Ugo Peletti; Direktur Utama Bank Vatikan, Mgr. Paul Marcinkus; Kardinal Baggio; Mgr. Donate de Bonis, dan lain-lain.

Kardinal Villot tercatat sebagai anggota Freemason dengan nama Masonik Jeanni pada sebuah loji di Zurich, tanggal 6 Agustus 1966, dengan Nomor Loji 04/3. Bahkan, Kardinal Baggio telah menjadi anggota Freemason jauh-jauh hari sebelum Villot, yaitu tanggal 14 Agustus 1957, dengan Nomor Loji 35/2640. Tak terkecuali, mantan Sekretaris Paus Paulus VI, Mgr. Pasquale Macchi, tercantum juga dalam daftar itu.

Apa relevansinya kita mengungkap hal itu? Perlu kita ketahui bersama, pada tahun 1984, enam tahun setelah kematian Paus Johannes Paulus I yang dianggap media massa dan masyarakat Eropa sebagai ‘kematian misterius’, David Yallop menerbitkan hasil investigasinya selama tiga tahun menelusuri kematian misterius tersebut. Kesimpulannya adalah, “Paus Johannes Paulus I meninggal karena dibunuh menggunakan racun, dan yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut adalah ‘P2 Freemason’. Nama-nama tersangkanya adalah Mgr. Paul Marcinkus, Kardinal Villot, Calvi, Sindona, Kardinal Cody, dan Licio Gelli –yang semuanya adalah anggota ‘P2 Freemason’ dan sebagiannya ‘orang dalam’ Gereja Vatikan.”


Opus Supremus, Apa Itu?

Opus Supremus adalah sebuah LSM berbentuk yayasan yang didirikan oleh beberapa orang asing bersama beberapa orang Indonesia mantan perwira TNI/Polri, ahli hukum, ulama, aktivis organisasi, dan lain-lain. Yayasan yang didirikan di Jakarta ini dibuat di hadapan Notaris Mieske Soeryanto, SH, dengan Nomor Akta 10, pada tanggal 22 Agustus 2001. Didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Nomor 250/yay/akm/2001.

Ketua Opus Supremus adalah seorang pengusaha perbankan yang bermarkas di Hong Kong, bernama Stanislav Ivanov Velinov. Ia juga mengaku sebagai agen eksklusif pabrik senjata api di China.

Selain Velinov, pendiri lainnya adalah Brigjen (Purn.) Mr. TNI-AL Soegiharto RGM, yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas; Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi, yang menjabat Kepala Intelijen; dan mantan perwira Korps Marinir TNI-AL Suyono MK, sebagai Sekretaris Jenderal. Pengurus lainnya adalah Wawas Arles, sebagai Kepala Humas, dan Eggi Sudjana sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan.

Opus Supremus adalah istilah bahasa Latin, yang diterjemahkan sebagai Supreme Work atau Karya Terbaik atau Amal Soleh.

Opus Supremus dimaksudkan untuk tampil sebagai sebuah LSM anti-terorism, anti-korupsi, dan anti-pencucian uang. Sungguh tujuan mulia, apalagi Opus Supremus bertekad akan menyeret koruptor-koruptor yang lolos dari jerat hukum Indonesia ke Mahkamah Internasional di Den Haag, Negeri Belanda.


Logo Opus Supremus



Logo Opus Supremus sangat mirip dengan logo tradisional Freemasonry, yang dicirikan oleh adanya gambar jangka dengan kaki terbuka dan sebilah mistar siku yang terbuka ke atas, serta lazimnya tertera huruf G di antara dua kaki jangka di atas mistar siku.

Improvisasinya dapat berbagai ragam, antara lain mengganti huruf G dengan segitiga atau piramida (yang merupakan lambang Illuminati) dengan gambar mata satu (yang merupakan lambang Lucifer). Ada juga yang menambahkan sinar matahari seperti halnya pada gambar logo di atas, yang juga melambangkan Lucifer.

Jadi, tak dapat disangkal, bahwa logo Opus Supremus sebenarnya adalah lambang Freemasonry. Bandingkan logos Opus Supremus ini dengan berbagai pola dan improvisasi lambang Freemasonry. Tidak berbeda bukan?

Apakah ini merupakan pertanda lahirnya Loji Freemason Indonesia (Indonesian Freemason Lodge) secara terang-terangan?


Lambang-lambang Freemasonry



1. Lambang Freemasonry klasik yang pertama kali dipakai, berupa tiga pilar.
2. Lambang Freemasonry tradisional dengan berbagai improvisasinya, yang tidak berbeda dari logo Opus Dupremus.
3. Berbagai modifikasi dan improvisasi lambang Freemasonry.
4. Lambang berbagai Loji Masonik (Masonic Lodge) Amerika Serikat.
5. Lambang Freemason beserta mata satu sebagai lambang Lucifer (Dajjal).
6. Lambang Freemason juga dipakai sebagai ornamen pada bross (pin) dan gesper ikat pinggang, yang juga banyak beredar di pasaran aksesoris Indonesia.


Anagram Lambang Freemason Pada Kedua Sisi Lambang Negara Amerika Serikat (The Great Seal of the United States)



Terdapat kemiripan pola dasar dan hubungan struktural antara disains sisi depan (Burung Garuda) dan disains sisi belakang (Piramida Illuminati) The Great Seal dengan lambang tradisional Freemason (Jangka dan Mistar Siku). Anagram ini membentuk bidang segienam (heksagonal) terdiri atas dua segitiga (satu segitiga tegak dan satu segitiga terbalik). Apabila sudut-sudut setiap segitiga dihubungkan, maka terbentuk Bintang Segienam atau Bintang Daud (Star of David), seperti ketigabelas bintang yang terdapat tepat di atas kepala Burung Garuda The Great Seal, yang merupakan lambang identitas Yahudi. Bukankah The Great Seal benar-benar suatu karya disains cerdas dan spektakuler?

Pada sebuah wawancara dengan harian Kompas hari Jum'at, 18 Januari 2002, Velinov mengatakan, "Kami tengah mengumpulkan data yang berkaitan dengan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Kami tidak ingin setengah-setengah, makanya harus disiapkan betul-betul sebelum kami ajukan ke Mahkamah International. Sebab, tanpa didukung bukti-bukti yang lengkap dan akurat, akan sia-sia saja."

Namun, hingga tahun 2005 ini, Opus Supremus tampaknya belum mendapatkan data yang akurat tentang kasus-kasus korupsi di Indonesia, sehingga belum ada koruptor yang diajukan ke Mahkamah Internasional.


Mengapa Kita Perlu Waspada?

Selama tiga tahun terakhir sejak didirikan, tidak satu pun kiprah Opus Supremus muncul ke permukaan, baik dalam hal penanggulangan terorisme, pemberantasan korupsi, maupun pencegahan pencucian uang.

Tanggal 22 Agustus 2001 Opus Supremus berdiri dan didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sebagai sebuah LSM yang bergerak di bidang penanggulangan terorisme.

Tak lebih dari tiga minggu kemudian, tanggal 11 September 2001, Twin Tower WTC New York luluh-lantak ditabrak dua pesawat terbang penumpang dan sebuah sudut gedung Pentagon pun hancur ditabrak pesawat terbang serupa; yang ujung-ujungnya mengambinghitamkan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan mengorbankan rakyat dan negara Afghanistan. Sungguh penciuman yang sangat tajam, para pendiri Opus Supremus mampu mengendus bahwa terorisme akan menjadi topik hangat setelah berdirinya Opus Supremus.

Masyarakat dunia pun, termasuk Indonesia, mengamini rumor yang dilontarkan oleh George Bush itu. Sayang sekali, Opus Supremus ternyata hanya seekor macan ompong, meskipun memiliki struktur Bidang Intelijen pimpinan Kolonel (Purn.) TNI-AL Anti Soemardi. Sebagai LSM internasional anti-teror-isme, sebelum peristiwa tabrakan itu, seharusnya Opus Supremus mampu mengobok-obok tiga server komputer dari 13 server utama yang ada di WTC New York, yang menyimpan data tentang megaskandal penggelapan pajak, yang harus dihancurkan oleh pemiliknya.

Setahun kemudian, bom berkekuatan besar meluluhtantakkan Bali, dan setahun kemudian sebuah bom juga menggoncang Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan, Jakarta, menyusul ledakan bom lainnya di Hotel JW Marriott di kawasan yang sama pula. Lalu, apa yang telah diperbuat oleh Opus Supremus?

Hal lain yang perlu dicermati adalah kontradiksi yang menyelimuti tokoh utamanya, Stanislav Ivanov Velinov. Ia mendirikan sebuah LSM anti-kekerasan dan anti-terorisme, sementara bisnis yang digelutinyaselama belasan tahun adalah perdagangan senjata api. Artinya, selama ini ia hidup dari kekerasan, yang sekarang ingin ia jinakkan melalui Opus Supremus.

Yang penting untuk diwaspadai adalah logo Opus Supremus, yang terdiri atas sebuah jangka dengan kaki teruka dan sebilah mistar siku menghadap ke atas. Ini adalah pola dasar lambang tradisional Freemasonry. Selain itu, pada logo Opus Supremus juga terlukis sebuah segitiga atau puncak piramida dengan gambar mata satu, dan kepala jangka memancarkan sinar matahari. Atribut-atribut ini adalah lambang Lucifer atau Illuminati, seperti lukisan yang tertera pada sisi belakang Lambang Negara Amerika Serikat, The Great Seal (yang juga terlukis pada lembar uang kertas pecahan Satu Dolar Amerika Serikat.

Ini merupakan hal yang sangat luar biasa, bahwa Stanislav Ivanov Velinov dan kawan-kawan Indonesia-nya berani secara terang-terangan menampilkan lambang tradisional Freemasonry dan Lucifer atau Illuminati sebagai logo Opus Supremus.

Tahukah Anda, apa dan siapa Freemasonry itu? Freemasonry adalah sebuah kelompok sangat eksklusif yang telah berkiprah selama ribuan tahun, yang kini sepenuhnya di bawah kendali Kaum Yahudi penganut Kitab Talmud (Talmudian Jewish) yang mem-binatang-kan kaum selain keturunan ras Yahudi (mereka menyebut Goyim atau Gentile bagi manusia bukan keturunan ras Yahudi.

Setelah mencermati hal-hal tersebut di muka, “Apakah –dengan demikian– Opus Supremus ini sebuah Loji Freemason Indonesia yang dideklarasikan secara terang-terangan?”

Kalau jawaban atas pertanyaan itu adalah Ya, maka kita harus ekstra waspada, karena ini berarti penyusupan Freemason, yang berarti juga penyusupan Zionisme Internasional secara terang-terangan, tanpa tedeng aling-aling.


Tokoh PPP Merasa Dikelabui

Jum’at Pagi, 15 Juli 2005, Indra Adil dari Indonesia NewsNet telah tiba di Markas Besar Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) di kawasan Pasirangin, Kabupaten Bogor. Pagi itu, ia memang berjanji untuk suatu wawancara eksklusif dengan Ketua Umum/Presiden PPMI, Dr. Eggi Sudjana, SH, M.Si yang juga Anggota Dewan Pakar DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan seorang aktivis LSM terkenal.

Wawancara itu dumaksudkan sebagai konfirmasi mengenai tokoh demonstran yang pernah diklaim oleh Opus Supremus –sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional– sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan organisasi ini, sehubungan rencana NewsNet untuk menurunkan artikel mengenai Opus Supremus yang disinyalir merupakan sebuah Loji Freemason Indonesia (Indonesian Freemason Lodge). Berikut ini adalah wawancaranya, yang nampaknya lebih tepat disebut dialog daripada wawancara.

NewsNet: Assalamu'alaikum, Bung Eggi. Kami dari Indonesia NewsNet ingin mengkonfirmasi informasi tentang keterlibatan Bung Eggi di Opus Supremus.

Eggi: Wa'alaikum salam. Memangnya ada apa dengan Opus Supremus? Saya memang pernah aktif dan tercatat sebagai Ketua Bidang Politik dan Keamanan. Tapi, itu hanya sekitar satu bulan. Setelah itu saya tidak pernah aktif lagi. Sampai sekarang, saya tak tahu lagi aktivitas dan bahkan keberadaan Opus Supremus.

NewsNet: Sepanjang yang kami tahu, sampai sekarang sih belum ada apa-apa lagi. Kegiatannya yang pernah tercatat –setidaknya di suratkabar– justeru hanya yang di akhir 2001 dulu digagas oleh Bung Eggi; yaitu pertemuan 12 November 2001 yang dihadiri oleh tokoh-tokoh Islam garis keras, seperti Front Pembela Islam (FPI), Pemuda Hisbullah, Hizbut Tahrir Indonesia, Majelis Jundullah, dan PPMI pimpinan Bung Eggi sendiri. Pertemuan yang diprakarsai oleh Opus Supremus ini dihadiri juga oleh para diplomat asing, kira-kira 26 orang.

Eggi: Oh ya, ya…, saya ingat. Itu memang prakarsa dan upaya saya sebagai pengurus Opus Supremus. Ketika itu saya sangat tertarik dan bersimpati pada program-program mereka yang berkomitmen pada perdamaian dunia, pemberantasan penyalahgunaan narkoba, pemberantasan korupsi, dan money laundry. Saya kira, jika memang betul-betul [program mereka; red.] untuk hal-hal seperti itu, tentu saja merupakan niat yang mulia dan perlu didukung. Oleh karena itu, saya mempertaruhkan nama saya untuk pertemuan yang penting itu. Dan, karena saya pulalah, maka beberapa tokoh Islam garis keras itu bersedia hadir. Tetapi, saya kecewa karena saya merasa ajang pertemuan itu hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk sosialisasi Opus Supremus kepada masyarakat luas, tanpa ada tindak lanjut dari semua yang ketika itu digembar-gemborkan oleh Opus Supremus. Yang lebih penting, naluri aktivis saya mengatakan ada sesuatu yang cukup misterius dalam organisasi tersebut, tanpa saya mampu menjabarkannya. Feeling yang begitu saja muncul bahkan rasanya tanpa sebab. Karena itulah, saya memutuskan tidak aktif lagi di organisasi itu. Ada sesuatu yang penting dengan Opus Supremus?

NewsNet: Tentu saja, Bung. Kajian kami menyiratkan begitu. Tapi, kami belum menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya mengenai aktivitas mereka. Hanya saja, kehadiran mereka bersama beberapa warganegara asing sebagai pengurus dan anggota, membuat LSM yang didirikan dan terdaftar di Indonesia ini misterius dan tidak lazim. Apalagi mereka mengaku, bahwa organisasi ini memiliki cabang di 42 negara di seluruh dunia.

Eggi: Wah..., Anda serius sekali mengkaji Opus Supremus.

NewsNet: Ah..., tidak juga. Opus Supremus kami anggap hanya salah satu sel dari sekian banyak sel kekuatan rahasia (secret power) yang dalam kajian kami sedang mencoba dan bahkan telah mengobok-obok bangsa dan negara kita.

Eggi: Ada pihak-pihak yang sedang mengobok-obok kita?

NewsNet: Ah..., masa sih Bung Eggi tidak merasakannya. Sejak Reformasi, atau bahkan beberapa saat sebelum Presiden Soeharto lengser, tidak ada pemimpin kita yang mampu bertahan sampai penuh masa jabatan lima tahun, termasuk kabinet terakhir Soeharto, yang hanya seumur jagung. Di dalam tubuh partai-partai politik selalu inuncul pertarungan untuk hal-hal yang sangat dangkal, dan bahkan sekarang terjadi dalam hampir setiap partai. LSM-LSM tertentu tak henti-hentinya mengganggu jalannya pemerintahan tanpa mampu memberi opsi-opsi solusi, karena –di pihak lain– pemimpin-pemimpin kita memang tak henti-hentinya pula melakukan kekonyolan-kekonyolan kebijakan dan tindakan.

Militer kita tak henti-hentinya dirongrong oleh rakyatnya sendiri, karena mereka [militer; red.] sendiri tidak memiliki kekompakan dan rasa percaya diri. Tidak sedikit di antara mereka kami tengarai telah menjadi agen asing untuk menghancurkan masa depan anak-cucunya sendiri. Begitun pun intelijen-intelijen kita, yang sangat mungkin cukup signifikan jumlah personelnya telah berubah menjadi agen bermuka dua.

Bung Eggi pasti masih ingat sinyalemen Jenderal Riamizard ketika masih menjabat KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat; red.). Beliau mengatakan ada 20.000 agen asing sedang bermain di Indonesia. Itu bukan angka main-main untuk suatu penyelusupan, dan pasti masuknya mereka atas bantuan orang dalam kita. Hebatnya, seorang KSAD pun ternyata tak mampu berbuat apa-apa. Belum lagi media massa kita –yang tanpa mereka sadari– juga mengadu-domba pemimpin-pemimpin kita, mengadu-domda partai politik dan para elit partai politik. Bahkan, akhir-akhir ini, sejalan dengan berkobarnya semangat otonomi daerah, kekacauan juga terjadi hampir dalam semua Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah; red.). Permusuhan antara penganut agama dan berbagai kelompok ethnis juga selalu dihembuskan. Ledakan-ledakan bom yang tak ada kaitannya dengan kita juga terjadi di mana-mana. Kemandulan kepolisian kita, yang tak pernah tak kecolongan. Berbagai skandal perbankan dan divestasi BUMN (Badan Usaha Milik Negara; red.) belum juga selesai menjadi polemik. Begitulah..., dan mungkin halaman tabloid kami akan penuh dengan daftar ketidakberesan apabila kekacauan di negeri tercinta ini satu per satu kita ungkap.

Eggi: Luar biasa analisis Anda. Lalu, apa kaitannya dengan Opus Supremus?

NewsNet: Tidak terlalu luar biasa, Bung. Tapi, begitulah seharusnya Anak-Bangsa ini berfikir dan bersikap.

Eggi: Ah..., Anda bisa-bisa aja...! Terus...

NewsNet: Tentang kaitan Opus Supremus, mungkin ada, tapi mungkin juga tidak ada.

Eggi: Lho..., bagaimana itu?

NewsNet: Kami memiliki informasi tentang organisasi yang mirip Opus Supremus berkedudukan di Italia. Pemimpin organisasi itu adalah seorang bankir internasional, yang juga seorang pialang senjata kelas dunia. Keorganisasiannya bersifat internasional, bahkan sampai ke Amerika Latin. Sasaran rekruitmen anggotanya juga sama, yaitu para tokoh militer, mantan militer dan kepolisian, para tokoh agama, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Nama organisasinya P2 Freemason. P2 artinya Demi Propaganda, yaitu nama sebuah Loji Freemason Tra-disional (Traditional Freemason Lodge) di Eropa.

Opus Supremus, meski tidak menggunakan kata Freemason, ternyata menggunakan logo –yang tak mungkin dapat dibantah– adalah lambang tradisional Freemason yang sedikit diimprovisasi sebagaimana logo-logo Loji Freemason lain di seluruh dunia; yaitu sebuah jangka yang kedua kakinya terbuka, sebuah segitiga atau piramida dengan satu mata dan cahaya matahari (Silakan bandingkan logo Opus Supremu dengan berbagai lambang Freemasonry.

Freemason sendiri adalah suatu organisasi rahasia paling tua dan terkuat di dunia, yang para petingginya adalah tokoh-tokoh Yahudi penganut Talmud (Talmudian Jewish; red.), tidak harus Yahudi. Dalam kiprahnya, mereka tak segan-segan meluluhlantakkan suatu negara atau pemerintahan, atau menghancurkan suatu kelompok ataupun suatu kekuatan kecil pun, yang mereka anggap akan menghalangi tugas dan pencapaian tujuan mereka.

Di Italia, P2 Freemason disimpulkan oleh seorang investigator, David Yallop, sebagai dalang pembunuhan-pembunuhan politik terhadap Vittorio Occorsio, Giorgio Ambrosili, dan Perdana Menteri Italia Aldo Moro. Kematian Paus Johanes Paulus I pada tahun 1978, menurut David Yallop, juga karena diracun oleh orang-orang P2 Freemason, yang beberapa di antaranya justeru orang dalam Vatikan sendiri. P2 Freemason juga bertanggung jawab atas pemboman Stasiun Kereta Api Bologna pada tahun 1980 yang menewaskan 85 orang dan melukai 182 orang tanpa dosa. Kemudian, mereka juga ditengarai berada di belakang beberapa kasus pemboman lain, seperti di Pizza Fontana, Milan 1969; di kereta api ekspres The Italicus Roma-Munich, Bologna 1974; dan beberapa lainnya. Padahal,selama ini semua pemboman itu ditimpakan kepada kaum Komunis, Brigade Merah, ataupun Baader Meinhoff.

P2 Freemason mungkin tidak sama dengan Opus Supremus. Tapi, beberapa kemiripan dalam personel pendirinya (seorang bankir internasional dan pialang senjata api kelas dunia), sasaran rekruitmen, sifat internasional, dan logonya yang tak mungkin dapat dibantah adalah lambang tradisional Freemasonry, sungguh sangat menantang untuk dicermati.

Eggi: Jadi, Anda dan Tim NewsNet salah-salah juga menghadapi kemungkinan dihancurkan, dong?

NewsNet: Sangat mungkin, bila analisis kami benar.

Eggi: Anda tidak takut?

NewsNet: He... he... he..., takut dong Bung. Tapi, kalau kita lebih takut kepada mereka daripada kepada Allah, kita jadi musyrik dong.

Eggi: Wah..., kalau analisis Anda dan kawan-kawan di NewsNet itu benar, saya jadi merasa dikadalin (dikelabuhi; red.) oleh Velinov dan kawan-kawannya. Sungguh saya tidak mengetahui sejauh itu, dan –kalau begitu– sampaikan permohonan maaf saya kepada sahabat-sahabat di FPI, Hizbut Tahrir Indonesia, Pemuda Hisbullah, Majelis Jundullah. Saya sangat menyesal. Jangan lupa, sekali lagi, sampaikan permintaan maaf saya kepada saudara-saudara kita semua itu.

NewsNet: Insya Allah, Bung. Kami akan sampaikan melalui Indonesia NewsNet. Tapi, kajian kami masih belum selesai, Bung. Rekan-rekan yang tergabung di dalam Tim re-Search Indonesia NewsNet –dengan berbagai disiplin ilmu dan profesi yang tersebar luas– sedang melakukan investigasi jaringan berbagai secret power dengan segala bentuk dan kamuflasenya. Semoga analisis sementara kami tentang Opus Supremus tidak mengandung kebenaran. Maksud kami, mereka betul-betul berniat baik seperti visi dan misi yang mereka canangkan; sehingga Bung Eggi tak perlu merasa dikadalin.

Sumber: Indonesia NewsNet Agustus 2005.


Ridwan Saidi: Eggi Sudjana Murni Dijebak

BERITA di Indonesia NewsNet Edisi 02, Agustus 2005, halaman 24, berjudul Eggi Sudjana Merasa Dikelabuhi telah menimbulkan kontroversi di kalangan aktivis Islam garis keras. Banyak SMS masuk ke handphone Egi Sudjana, yang mena-nyakan hal itu. Bahkan ada yang menuduh Egi bermain mata dengan kaum Zionis. Tentu saja Egi merasa tersudut-kan dan meradang.

Untuk mendapatkan informasi lebih dalam tentang kiprah kaum Zionis di Indonesia, Indra Adil dari Indonesia NewsNet mewawancarai Ridwan Saidi, aktivis senior yang menjadi ikon bagi para aktivis Islam garis keras dan dikenal menguasai tentang sepak-terjang kaum Zionis di Indonesia. Wawancara gado-gado Bahasa Indonesia campur dialek Betawi itu berlangsung di Hotel Ambara, BlokM, Jakarta.

Indonesia NewsNet: "Assalamu'alaikum, bang..."

Ridwan Saidi: "Wa 'alaikumsalam. Ade ape nih, tumben ente kagak ade angin kagak ade ribut pengen ketemu gue.”

INN: “Anginnye ade bang, ributnye emang kagak ampe kenceng, sih. Tapi bikin gerah sobat kite, Bung Egi.”

RS: “Kenape, soal die masuk organ Freemason kayak yang koran lu muat itu?”

INN: “Nah, itu abang tau.”

RS: “Iye. Gue udeh konfirmasi ke Egi, keterangannye ye kayak yang dimuat Indonesia NewsNet itulah.”

INN: “Tapi, kenape bisa begitu bang? Kok bisa-bisanye mereka merajalela di negare kite?”

RS: “Nah, ente harus tau. Banyak warganegare kite yang rela menjadi anggota Freemason, mulai dari kaum intelektual, pejabat, aktivis-aktivis LSM sampai anggota TNI. Kan koran ente sendiri yang memuat beberapa mantan perwira tinggi TNI menjadi anggota Opus Supremus. Sebagian dengan sadar, biasanya karena uang dan status sosial. Tetapi, ada juga yang tidak menyadari atau terjebak sebagaimana halnya Egi Sudjana.”

INN: “Kok begitu beraninye ye si Ivanov Velinov?”

RS: “Tentu, karena ia merasa telah dan akan mendapat perlindungan dari tokoh-tokoh bangsa kita sendiri. Seperti yang ente tulis di Indonesia NewsNet yang lalu, Suyono MK, mantan perwira TNI. Dan juga nama-nama lain yang mantan perwira tinggi TNI. Khusus Suyono MK, yang juga mengaku sebagai mantan perwira TNI, saya telah cukup lama mengenal nama ini. Nama ini sangat dikenal di kalangan pengamat gerakan Warsidi, Lampung. Entah kenapa kini ia bergabung dengan Ivanov Velinov. Velinov sendiri, seorang yang mengaku sebagai banker, pialang senjata, dan berasal dari Eropa Timur, sering terlihat di Restoran Peacock Hotel Hilton. Tampaknya ia mengambil basis lobby di tempat itu. Dari situlah ia merekrut tokoh-tokoh ataupun aktivis-aktivis kita untuk menjadi anggota atau jaringan organisasinya.”

“Khusus dalam merekrut aktivis-aktivis Islam, ia melakukan cara-cara yang lebih hati-hati dan halus, karena biasanya aktivis Islam sangat peka pada orang asing, apalagi dari Eropa dan Amerika.”

“Jadi, menurut saya Egi memang betul terkelabuhi atau terjebak. Hal yang sama juga pernah dialami oleh seorang aktivis Islam lain, yaitu Edwin Irmansyah, yang cucu tokoh nasional Tjokroaminoto.”

INN: “Kira-kira apa target Velinov?”

RS: “Tentu saja untuk mendapatkan agen yang mau bekerja untuknya. Karena itu, saya ingatkan kepada para aktivis Islam, jangan mudah terayu oleh agen-agen Zionis yang banyak bertebaran di negeri kita ini. Mereka bahkan kebanyakan adalah orang-orang bangsa kita sendiri. Ada yang sadar dan tidak sedikit yang tanpa sadar menjalankan program-program kaum Zionis di Indonesia. Lihatlah hasilnya, salah satu contoh adalah amandeman UUD ’45. Sekali lagi, Ummat Islam harus ekstra hati-hati.”

maap kalo ada membawa nama agama..

tapi ini sesuai wawancara yang di lakukan..

link na..

http://swaramuslim.net/more.php?id=A911_0_1_0_M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar